Resensi Buku "Putusin Nggak, Ya?" - my style

Putusin Nggak, Ya?


Judul : Putusin Nggak, Ya? ; Penulis : Edi Akhiles ; Penerbit : Safirah ( Diva Press ) ; Terbit : 15 Juni 2014 ; Halaman : 252 hal ; Cover : Soft Cover ; Kategori : Remaja / Agama Islam ; Teks : Bahasa Indonesia

Buku ini ngebahas sisi lain dari istilah "pacaran" yang selama ini berkonotasi negatif di masyarakat kita karena tidak berimbangnya informasi dan ilmu yang terserap di masyarakat, buku ini hadir sebagai penyeimbang sisi lain "bagaimana me-manage pacaran menjadi hal positif" bagi kaum muda yang jiwanya bergelora *ihik*

Ingat, buku ini punya aturan loo "PLIS, JANGAN NYIMPULIN SEBELUM BACA TUNTAS" 

  Ikutan Pre Order karena dapet tanda tangan dan kata mutiara dari sang penulis Pak Edi Akhiles ( sebelum launching bukunya and ada di toko2 buku tanggal 15 Juni itu ) via Mbak Nita Diva Press ( tingkyuu mbak Nita, bukuku dateng kloter pertama hehe ), dijanjiin mulai dikirim tanggal 5 Juni, dan heiii tanggal 3 Juni buku sudah sampai di tangan, Horeee !!! tapi baru sempet baca besoknya, dan selesai tanggal 14 Juni :D ( perlu pemikiran yang mendalam menginjak Bab #3 hehehe )
Kata Mutiara yang diberikan Pak Edi Akhiles di bukuku adalah "Siapa yang kenal dirinya, ia kenal Tuhannya". Whats on your mind now? Rasanya ditampar halus ( thx Pak Edi ), kembali aku mempertanyakan lagi siapa diriku, bertahun-tahun dan baru tersadar diriku dan Tuhanku telah lama pergi diam2 dari hatiku, miris *garuk-garuk tembok kamar*

So, to the point yaaah during and after I read this book :

1. Ada bagian di #Kata Pengantar yang membuat nyess hatiku, mbrebes mili ( hampir nangis ), paragraf ke-17, "... Duhai Tuhanku, Engkau-lah tujuanku dan ridha-Mu adalah pencarianku, berilah aku ampunan-Mu dan cinta-Mu dengan rahmat-Mu, Amin". *mewek* ( apa yang kita sombongkan saat berdiri di tanah ciptaan-Nya ini, begitu kecilnya kita dihadapan ilmu-Nya yg Maha Luas, apa yang kita ketahui bahkan tak ada setitiknya T.T )

2. Tiba di Bab #2 hal.45 paragraf 1, Hadist Riwayat Ibnu Abi Dunya, di sana ada sabda Rasulullah yang menggelitik hatiku karena sedikitnya pemahamanku, "termakan panjang angan-angan", apakah gerangan maksudnya, apakah sama dengan istilah Jawa dowo angen2e yang berarti pemikiran yang panjang sebelum melakukan sesuatu, prepare dulu lah istilah kerennya, atau mungkin panjang angan-angan dalam artian negatif terlalu berhayal yang tinggi tanpa menimbang kemampuan dan tidak disertai usaha positif untuk mewujudkannya.

3. Masuk Bab #3 pikiran dan perasaan saya diajak menyelam lebih dalam.

4. Bahasa yang digunakan ringan, ceria, nylekit tapi legit :D ( nylekit bagi yang merasa tersindir hohoho )

5. Mengajarkan untuk lebih jujur berbicara dan fair bersikap pada diri sendiri. Well, sepertinya saran yang sepele tapiiii susah untuk dipraktekkan, jujur pada diri sendiri aja ga bisa gimana mau jujur pada orang lain :))

6. Menggunakan teknik perbandingan dan sample atau contoh dalam menjelaskan sesuatu, jadi kita yang anak muda ini langsung ngeh deh dibanding kalo dikasih taunya pake ceramah, biasanya malah serasa dibacain dongeng dan ngantuk *pliss jujur nih*

7. Kejujuran hati kita pada Tuhan, itu adalah kunci kebaikan langkah kita. Semua berawal dari hati, segala sesuatu tergantung niatnya, niat datang dari mana, ya dari hati, jadi hati diperbaiki dulu.

8. Menjabarkan attitude lama yang terlupakan dan hampir dianggap punah : Menghormati Pilihan Orang Lain. See, seberapa sering kita menghargai pendapat atau pilihan orang lain ketika mereka memberikan pendapatnya yang berseberangan dengan kita, yang sering kita malah nyinyir ABCD. *istighfar*

9. Di Bab #4 kenapa yang jadi objek contoh menyebalkannya cewek terus sih Pak Edi, kan ada juga to cowok yang sama menyebalkannya juga :p. Tapi sekaligus bab yang mendamaikan dan mengimbangkan. ( penasaran? baca donk bukunya )

10. Opening Bab #5 ada sample kasus sebagai pembuka, jika Pak Edi meminta tanggapan saya atas kasus tersebut maka saya akan bilang seperti ini : " Nek saya liat suami saya kyk gitu ya mending saya puasa aja pak, atau sekedar minum air gentong, opo yo tegel ( apa ya tega ) dan kolu makan ( tega makan ) sementara suami habis susah payah kyk gitu, ya mending nasi pecel lele itu buat suami saja, titik". Tarik nafas panjang, mangkel tingkat dewa, dimana sih indah-indahnya, mbok realistis, emang mau makan senyum. #gubrak ( penasaran kasusnya apa? mbok beli aja bukunya )

11.
Masuk Bab #6 semakin menyentil-nyentil kekaguman saya pada Yang Maha Esa dan orang-orang yang telah Dia sentuh hatinya, saat bisa berdialog dengan Dia setiap saat tanpa harus menunggu waktu sholat, selalu merasa dekat dengan-Nya ( aku kangen moment itu T.T ). Hal.243 paragraf 2, kata Pak Edi dawuhnya Imam Syafi'i yang sungguh menakjubkan hati, "Kebenaran dalam pandanganku mengandung satu kesalahan dalam pandangan orang lain. Dan, kebenaran dalam pandangan orang lain mengandung satu kesalahan dalam pandanganku". ( orang yang merasa selalu benar pasti lupa dawuhnya Imam Syafi'i yang ini *tarik nafas panjang dan hembuskan* )

12.
Finally , kritik dikiittt nih Pak Edi, di Bab Semacam Biodata, alangkah baiknya penulisannya di next cetakan kedua ketiga keempat kelima dst *amien* diseragamkan dari sisi orang pertama : jadi pake kata saya/aku semua, yang terkesan lebih dekat dengan fans Pak Edi hehe, atau dari sisi orang ketiga : jadi pake dia/beliau, seperti memperkenalkan gitu. Saya pribadi pas bacanya jadi agak kurang nyaman dan membingungkan saat membaca Biodata Pak Edi, karena di paragraf kedua pake kata Ia ( berarti ada pencerita kan ) tapi di ujung paragraf ada kata2 I love u seperti Pak Edi yang bercerita sendiri, nahh binguunggg yg dimaksud ibunya sapa ya pak hehe, setelah itu kembali ke sisi orang ke 3 ( pake sebutan Ia ), sampai ke paragraf terakhir di halaman 252 kokk tiba2 muncul kata "saya" seperti Pak Edi yang sedang bercerita sendiri hehehe

Mungkiinnn ini lebih ke kesan dan pelajaran yang aku dapat setelah baca buku Putusin Nggak, Ya? ini, karena itu judulnya ada -my style-

Tanpa mengurangi isi dan niat baik buku ini diterbitkan, so far buku ini membuka pikiran kita bahwasanya ada sisi lain yang selama ini kurang diperhatikan karena tertutup konotasi negatif dan gebyah uyah, nah Pak Edi ini ga mau gebyah uyah, yang menurut beliau pastinya terasa tidak adil jika di aplikasikan di kehidupan yang sudah jaman mobil bukan onta lagi kalo kemana-mana.
 

Penasaran.. penasaran.. penasaraannnnn ??? Beli aja bukunya di Gramed, Togamas, dan toko buku deket tempat kalian, Happy Reading, Be wise Be smart reader :)

Source yang berkenaan dengan :

- Blog Penulis
http://ediakhiles.blogspot.com/2014/05/behind-my-new-book-putusin-nggak-ya.html


- Print screen
 


      




Comments

Popular posts from this blog

its raining nite...

Missing the hugs